Senin, 23 April 2012

Ciri-Ciri Orang Bersyukur

sebagai umat manusia tentu saja apa yang kita terima tak terlepas dari apa yang telah kita perbuat, dan tentu saja itu atas kehendak Allah SWT. Ada kalanya Allah segera mengabulkan permintaan kita, terkadang Allah juga menunda untuk memberikannya. Sesungguhnya Allah tahu apa yang kamu butuhkan, bukan yang kamu inginkan.

Dan beragam pula tingkah manusia dalam menyikapi takdir yang telah Allah berikan untuknya. Terkadang apa yang telah ia peroleh menjadi tak berkah karena orientasi dunia semata. Dan, dari ciri tertentu saja kita bisa menilai apakah orang tersebut pandai bersyukur atau tidak.

Ciri-ciri itu ada delapan. Empat bagi yang pandai bersyukur, dan empat lagi bagi yang tak pandai bersyukur.

Ciri yang pertama, wajahnya indah. Bukan berarti mereka yang bernama ‘Indah’ serta merta termasuk ke dalamnya. Dalam hal ini, wajah yang indah adalah wajah yang teduh, sedap dipandang mata, atau dalam istilah lainnya disebut sebagai wajah alhamdulillah. Wajah ini selalu lapang dalam menerima setiap keputusan dari Allah, manis ataupun pahit.

Kebalikannya adalah wajah yang masam. Wajah ini karena jarang mensyukuri nikmat Allah dan selalu merasa kurang dalam hidupnya. Sehingga ia selalu mencari dan mencari lagi untuk memuaskan nafsu dunia yang tak habis-habis. Ibarat meneguk air laut, makin banyak akan makin kehausan.

Yang kedua, lidahnya fasih. Juga bukan berarti dia fasih melafalkan bahasa inggris yang was-wes-wos, tetapi lebih jauh fasih berarti kata-katanya adem bagai berteduh di bawah pohon beringin. Setiap kata yang keluar dari lidahnya adalah nasihat dan orang tak bosan untuk mendengarkannya, bahkan selalu ingin mendengarnya.

Kebalikannya adalah lidah yang kotor. Ibarat teko, apa yang keluar adalah apa yang ada di dalam teko. Jika yang di dalam teko adalah kopi hitam, hati yang tak pernah puas, selalu merutuk, maka yang keluar juga akan hitam, kata-kata kotor, tak bermanfaat, mencaci-maki, dan tiada berfaedah sama sekali.

Kemudian yang ketiga, hati yang bertakwa. Tanda-tandanya adalah apapun yang ia lakukan adalah karena Allah. Hanya ridho Allah yang ia inginkan. Bukan puji-pujian dari manusia, anggap saja lah pujian itu sebagai bonus di dunia. Hatinya terpaut dengan Allah dan penuh terisi dengan Allah. Apapun yang ia alami di dunia, di ayakin Allah ada di balik semua kejadian. Allah memberikan kejadian pasti ada tujuan.

Kebalikannya adalah hati yang bebal, hati yang ingkar dengan Allah. Dia tidak memerlukan Allah karena dia hanya yakin apa yang diperolehnya adalah karena usahanya, tanpa campur tangan Allah. Hati yang seperti ini tentu saja hitam, gelap, tanpa cahaya. Dia tak akan menemui kebenaran dalam hidupnya.

Dan yang keempat, tangan yang dermawan. Jangan disamakan dengan ‘ringan tangan’ karena sangat jauh berbeda dengan makna tangan yang ringan. Di sini maksudnya dia suka sekali membantu sesama, suka menolong, tangannya begitu ringan memberikan bantuan, entah itu tenaga, pikiran, ataupun harta. Dia begitu ikhlas membantu meskipun tanpa imbalan. Dia yakin bahwa sekecil apapun yang ia perbuat bagi kebaikan orang lain, maka Allah akan membalas dengan pahala dan Syurga.

Kebalikannya adalah berat tangan (istilah baru ). Ya, istilah baru mungkin bagi orang yang sangat pelit tenaga, pelit pikiran, dan pelit harta. Dia tak mau mengeluarkan bantuan untuk di jalan Allah. Dia lebih suka menyimpannya untuk diri sendiri atau parahnya untuk memuaskan diri sendiri dengan berfoya-foya tanpa mau berbagi dengan yang lain.

>>> 

Demikianlah empat ciri yang saling berkebalikan satu sama lain. Mudah-mudahan kita semua tergolong orang-orang yang pandai bersykur. Sehingga Allah pun tak segan-segan untuk menambah nikmat kita di dunia, pun di akhirat.

Ingat, rejeki bukan saja soal uang dan harta, tetapi kesehatan itu juga rejeki, keamanan dan keselamatan juga rekeki. Nikmati hidup di jalan Allah karena itulah semanis-manisnya jalan meski banyak rintangan.

Salam

Jumat, 20 April 2012

Ciri ciri Orang Taqwa Menurut Al-qur'an


I. Surat al baqarah 2 - 5 :Al Kitab ini (Al Quran) adalah petunjuk buat orang yang bertaqwa, dengan ciri sebagai berikut:

1. Beriman pada yang ghaib
2. Mendirikan salat
3. Menafkahkan sebagaian rezeki yang ALlah kurniakan kepadanya
4. Beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad saw) dan sebelum mu.
5. Yakin kepada hari akhirat 
Setiap manusia tak kira agama apapun memungkinkan untuk menjadi insan yang taqwa, Mendirikan salat misalnya, Dalam bahasa melayu "salat" disebutnya juga sembahyang.Setiap agama mengajarkan sembahyang, Hanya cara, metoda, waktu dan tempat yang berbeda-beda.

II. Surat Al baqarah 177, Mereka itulah orang-orang yang benar  dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa dengan ciri-ciri sbb :

1. Beriman kepada Allah(Tuhan YME),hari akhirat,malaikat-malaikat,kitab-kitab,nabi-nabi
2. Memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat,anak-anak yatim,orang-orang miskin,musafir (orang dalam perjalanan),orang yang meminta-minta.
3. Membebaskan perbudakan
4. Mendirikan salat
5. Menunaikan zakat
6. Memenuhi janji bila berjanji
7. Bersabar dalam dalam kesengsaraan,penderitaan dan dalam waktu peperangan.

III. Surat Aali 'Imraan 133 - 135, "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhan mu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa, yaitu :

1. Orang-orang yang menafkahkan (hartanya) pada waktu lapang maupun sempit
2. Orang-orang yang menahan amarahnya
3. Orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain
4. Dan (juga) orang-orang yang apabila berbuat keji atau zalim terhadap dirinya, mereka ingat kepada ALlah dan memohon ampun atas dosa-dosanya.
5.Dan Mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu.

Demikianlah salah satu contoh dari sebagian ayat-ayat al qur'an yang menjelaskan ciri-ciri orang yang bertaqwa.

Kamis, 19 April 2012

Ciri-ciri Atau Sifat Orang Munafik !



Assalamu'alaikum wr wb

Terima kasih kerana sudi menjenguk laman web rezeki halal ini. Semoga semua di berkati dan di rahmati Allah. Kali ini saya akan kongsi perihal sifat hati iaitu – MUNAFIK. Memang kita selalu dengar perkataan MUNAFIK itu dan pernah tak kita tanya apakah ciri-cirinya. Oleh itu saya ingin kongsikan di sini:

Mungkin kita selalu mendengar perkataan munafik di dalam kehidupan kita sehari-hari.Pada kita ia perkara biasa dan tak ade apa pun.Namun sebenarnya munafik itu adalah suatu sifat yang amat buruk dan mencelakan.

Apakah kita termasuk orang yang munafik?

Mungkin kita dengan tegas mengatakan kita adalah bukan orang munafik karena kurangnya pemahaman kita mengenai apa itu sifat munafik yang sesungguhnya.

Hadits Nabi Muhammad SAW Tentang Orang-Orang Munafik :
“Tanda orang-orang munafik itu ada tiga keadaan. Pertama, apabila berkata-kata ia berdusta. Kedua, apabila berjanji ia mengingkari. Ketiga, apabila diberikan amanah (kepercayaan) ia mengkhianatinya”.(Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim).

Ciri-Ciri / Sifat-Sifat Munafik Manusia :
1. Apabila berkata maka dia akan berkata bohong / dusta.
2. Jika membuat suatu janji atau kesepakatan dia akan mengingkari janjinya.
3. Bila diberi kepercayaan / amanat maka dia akan mengkhianatinya.

Untuk disebut sebagai orang munafik sejati sepertinya harus memenuhi semua ketiga persyaratan di atas yaitu pembohong, pengkhianat dan pengingkar janji. Jika baru satu atau dua ciri saja mungkin belum menjadi munafik tapi baru calon munafik.

1. Berbohong / Dusta

Bohong adalah mengatakan sesuatu yang tidak benar kepada orang lain. Jadi apabila kita tidak jujur kepada orang lain maka kita bisa menjadi orang yang munafik. Contoh bohong dalam kehidupan keseharian kita yaitu seperti menerima telepon dan mengatakan bahwa orang yang dituju tidak ada tetapi pada kenyataannya orang itu ada. Contoh lainnya seperti ada anak ditanya dari mana oleh orang tuanya dan anak kecil itu mengatakan tempat yang tidak habis dikunjunginya.

2. Ingkar Janji

Seseorang terkadang suka membuat suatu perjanjian atau kesepakatan dengan orang lain. Apabila orang itu tidak mengikuti janji yang telah disepakati maka orang itu berarti telah ingkat janji. Contohnya seperti janjian ketemu sama pacar di warung kebab bang piih tetapi tidak datang karena lebih mementingkan bisnis. Misal lainnya yaitu seperti para siswa yang telah menyepakati janji siswa namun tidak dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab.

3. Berkhianat/ Tidak Amanah

Khianat mungkin yang paling berat kelasnya dibandingkan dengan sifat tukang bohong dan tukang ingkar janji. Contohnya seorang yang di amanahkan menjaga harta tapi beliau menggunakan harta itu untuk kepentingan dirinya sendiri.

Di Bawah adalah antar 30 Sifat Munafik yang boleh wujud pada diri dan membuatkan kita jadi munafik secara tak sedar. Bacalah dan semaklah samada sifat2 itu ada pada kita. Jika ada usahalah untuk memperbaiki.

30 Sifat Munafik Yang Wujud Dalam Hati Kita:

Sifat Yang Ke-1 : Dusta
Sifat Yang Ke-2 : Khianat
Sifat Yang Ke-3 : Fujur dalam Pertikaian
Sifat Yang Ke-4 : Mungkir dan Ingkar Janji
Sifat Yang Ke-5 : Malas Beribadah
Sifat Yang Ke-6 : Riya
Sifat Yang Ke-7 : Sedikit Berdzikir
Sifat Yang Ke-8 : Mempercepat Shalat
Sifat Yang Ke-9 : Mencela Orang-Orang yang Taat dan Sholeh
Sifat Yang Ke-10 : Memperolok-olokkan Al Quran, As Sunnah, dan Rasulullah saw
Sifat Yang Ke-11 : Bersumpah Palsu
Sifat Yang Ke-12 : Tidak Mahu Berinfaq
Sifat Yang Ke-13 : Tidak Memiliki Kepedulian terhadap Nasib Kaum Muslimin
Sifat Yang Ke-14 : Suka Menyebakan Kabar Dusta
Sifat Yang Ke-15 : Mengingkari Takdir
Sifat Yang Ke-16 : Mencaci maki Kehormatan Orang-Orang Sholeh
Sifat Yang Ke-17 : Sering Meninggalkan Shalat Berjamaah
Sifat Yang Ke-18 : Membuat Kerosakan di Muka Bumi dengan Dalih Mengadakan Perbaikan
Sifat Yang Ke-19 : Tidak Ada Kesesuaian antara Zahir dengan Batin
Sifat Yang Ke-20 : Takut Terhadap Kejadian Apa pun
Sifat Yang Ke-21 : Berudzur dengan Dalih Dusta
Sifat Yang Ke-22 : Menyuruh Kemungkaran dan Mencegah Kemakrufan
Sifat Yang Ke-23 : Bakhil
Sifat Yang Ke-24 : Lupa Kepada Allah swt
Sifat Yang Ke-25 : Mendustakan janji Allah dan Rasul-Nya
Sifat Yang Ke-26 : Lebih Memperhatikan Zahir, Mengabaikan Batin
Sifat Yang Ke-27 : Sombong dalam Berbicara
Sifat Yang Ke-28 : Tidak Memahami Islam (Ad Din)
Sifat Yang Ke-29 : Bersembunyi dari Manusia dan Menantang Allah dengan Dosa
Sifat Yang Ke-30 : Senang dengan Musibah yang Menimpa Orang-Orang Beriman dan Dengki Terhadap Kebahagiaan Mereka

Semoga kita semak sifat2 di atas agar kita boleh perbaiki kelemahan kita dan menjadi Hamba Allah yg lebih taat dan patuh dan bersungguh-sungguh.

Wassalam.

Jaka Muhammad


Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit lalu tumbuhlah dengan suburnya kerana air itutanaman di bumi, antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak.

Hingga apabila bumi itu sudah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemiliknya mengira bahawa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanamannya) laksana tanam-tanamannya yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kelmarin.

Demikianlah Kami menjelaskan tanda kekuasaan (Kami)kepada orang yang berfikir, Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (syura), dan menunjukkan orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).” – (Surah Yunus, ayat 24-25)

Belajar Menjadi orang yang Ikhlas

Semoga Allah mengaruniakan kepada kita hati yang ikhlas. karena betapapun kita melakukan sesuatu hingga bersimbah peluh berkuah keringat, habis tenaga dan terkuras pikiran, kalau tidak ikhlas melakukannya, tidak akan ada nilainya di hadapan Allah. Bertempur melawan musuh, tapi kalau hanya ingin disebut sebagai pahlawan, ia tidak memiliki nilai apapun. Menafkahkan seluruh harta kalau hanya ingin disebut sebagai dermawan, ia pun tidak akan memiliki nilai apapun. Mengumandangkan adzan setiap waktu shalat, tapi selama adzan bukan Allah yang dituju, hanya sekedar ingin memamerkan keindahan suara supaya menjadi juara adzan atau menggetarkan hati seseorang, maka itu hanya teriakan-teriakan yang tidak bernilai di hadapan Allah, tidak bernilai!

Ikhlas, terletak pada niat hati. Luar biasa sekali pentingnya niat ini, karena niat adalah pengikat amal. Orang-orang yang tidak pernah memperhatikan niat yang ada di dalam hatinya, siap-siaplah untuk membuang waktu, tenaga, dan harta dengan tiada arti. Keikhlasan seseorang benar-benar menjadi amat penting dan akan membuat hidup ini sangat mudah, indah, dan jauh lebih bermakna.

Apakah ikhlas itu? Orang yang ikhlas adalah orang yang tidak menyertakan kepentingan pribadi atau imbalan duniawi dari apa yang dapat ia lakukan. Konsentrasi orang yang ikhlas cuma satu, yaitu bagaimana agar apa yang dilakukannya diterima oleh Allah SWT. Jadi ketika sedang memasukan uang ke dalam kotak infaq, maka fokus pikiran kita tidak ke kiri dan ke kanan, tapi pikiran kita terfokus bagaimana agar uang yang dinafkahkan itu diterima di sisi Allah.

Apapun yang dilakukan kalau konsentrasi kita hanya kepada Allah, itulah ikhlas. Seperti yang dikatakan Imam Ali bahwa orang yang ikhlas adalah orang yang memusatkan pikirannya agar setiap amalnya diterima oleh Allah. Seorang pembicara yang tulus tidak perlu merekayasa kata-kata agar penuh pesona, tapi ia akan mengupayakan setiap kata yang diucapkan benar-benar menjadi kata yang disukai oleh Allah. Bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Bisa dipertanggungjawabkan artinya. Selebihnya terserah Allah. Kalau ikhlas walaupun sederhana kata-kata kita, Allah-lah yang kuasa menghujamkannya kepada setiap qalbu.

Oleh karena itu, jangan terjebak oleh rekayasa-rekayasa. Allah sama sekali tidak membutuhkan rekayasa apapun dari manusia. Allah Mahatahu segala lintasan hati, Mahatahu segalanya! Makin bening, makin bersih, semuanya semata-mata karena Allah, maka kekuatan Allah yang akan menolong segalanya.

Buah apa yang didapat dari seorang hamba yang ikhlas itu? Seorang hamba yang ikhlas akan merasakan ketentraman jiwa, ketenangan batin. Betapa tidak? Karena ia tidak diperbudak oleh penantian untuk mendapatkan pujian, penghargaan, dan imbalan. Kita tahu bahwa penantian adalah suatu hal yang tidak menyenangkan. Begitu pula menunggu diberi pujian, juga menjadi sesuatu yang tidak nyaman. Lebih getir lagi kalau yang kita lakukan ternyata tidak dipuji, pasti kita akan kecewa.

Tapi bagi seorang hamba yang ikhlas, ia tidak akan pernah mengharapkan apapun dari siapapun, karena kenikmatan baginya bukan dari mendapatkan, tapi dari apa yang bisa dipersembahkan. Jadi kalau saudara mengepel lantai dan di dalam hati mengharap pujian, tidak usah heran jikalau nanti yang datang justru malah cibiran.

Tidak usah heran pula kalau kita tidak ikhlas akan banyak kecewa dalam hidup ini. Orang yang tidak ikhlas akan banyak tersinggung dan terkecewakan karena ia memang terlalu banyak berharap. Karenanya biasakanlah kalau sudah berbuat sesuatu, kita lupakan perbuatan itu. Kita titipkan saja di sisi Allah yang pasti aman. Jangan pula disebut-sebut, diingat-ingat, nanti malah berkurang pahalanya.

Lalu, dimanakah letak kekuatan hamba-hamba Allah yang ikhlas? Seorang hamba yang ikhlas akan memiliki kekuatan ruhiyah yang besar. Ia seakan-akan menjadi pancaran energi yang melimpah. Keikhlasan seorang hamba Allah dapat dilihat pula dari raut muka, tutur kata, serta gerak-gerik perilakunya. Kita akan merasa aman bergaul dengan orang yang ikhlas. Kita tidak curiga akan ditipu, kita tidak curiga akan dikecoh olehnya. Dia benar-benar bening dari berbuat rekayasa. Setiap tumpahan kata-kata dan perilakunya tidak ada yang tersembunyi. Semua itu ia lakukan tanpa mengharap apapun dari orang yang dihadapinya, yang ia harapakan hanyalah memberikan yang terbaik untuk siapapun.

Sungguh akan nikmat bila bergaul dengan seorang hamba yang ikhlas. Setiap kata-katanya tidak akan bagai pisau yang akan mengiris hati. Perilakunya pun tidak akan menyudutkan dan menyempitkan diri. Tidak usah heran jikalau orang ikhlas itu punya daya gugah dan daya ubah yang begitu dahsyat.

Dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, sebagai berikut :

Tatkala Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun menciptkana gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut. Kemudian mereka bertanya? “Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?”

Allah menjawab, “Ada, yaitu besi” (Kita mafhum bahwa gunung batu pun bisa menjadi rata ketika dibor dan diluluhlantakkan oleh buldozer atau sejenisnya yang terbuat dari besi).

Para malaikat pun kembali bertanya, “Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada besi?”

Allah yang Mahasuci menjawab, “Ada, yaitu api” (Besi, bahkan baja bisa menjadi cair, lumer, dan mendidih setelah dibakar bara api).

Bertanya kembali para malaikat, “Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada api?”

Allah yang Mahaagung menjawab, “Ada, yaitu air” (Api membara sedahsyat apapun, niscaya akan padam jika disiram oleh air).

“Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?” Kembali bertanya para malaikta.

Allah yang Mahatinggi dan Mahasempurna menjawab, “Ada, yaitu angin” (Air di samudera luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung, dan menjelma menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tersimbah dan menghempas karang, atau mengombang-ambingkan kapal dan perahu yang tengah berlayar, tiada lain karena dahsyatnya kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang teramat dahsyat).

Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi, “Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?”

Allah yang Mahagagah dan Mahadahsyat kehebatan-Nya menjawab, “Ada, yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya.”

Artinya, orang yang paling hebat, paling kuat, dan paling dahsyat adalah orang yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang dilakukannya bersih, tulus, dan ikhlas tanpa ada unsur pamer ataupun keinginan untuk diketahui orang lain.

Inilah gambaran yang Allah berikan kepada kita bagaimana seorang hamba yang ternyata mempunyai kekuatan dahsyat adalah hamba yang bersedekah, tetapi tetap dalam kondisi ikhlas. Karena naluri dasar kita sebenarnya selalu rindu akan pujian, penghormatan, penghargaan, ucapan terima kasih, dan sebagainya. Kita pun selalu tergelitik untuk memamerkan segala apa yang ada pada diri kita ataupun segala apa yang bisa kita lakukan. Apalagi kalau yang ada pada diri kita atau yang tengah kita lakukan itu berupa kebaikan.

Nah, sahabat. Orang yang ikhlas adalah orang yang punya kekuatan, ia tidak akan kalah oleh aneka macam selera rendah, yaitu rindu pujian dan penghargaan. Allaahuakbar.

Rabu, 18 April 2012

“Keutamaan Sabar Menghadapi Cobaan”


KEUTAMAAN SABAR MENGHADAPI COBAAN
“Artinya : Dari Ummu Al-Ala’, dia berkata : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjengukku tatkala aku sedang sakit, lalu beliau berkata. ‘Gembirakanlah wahai Ummu Al-Ala’. Sesungguhnya sakitnya orang Muslim itu membuat Allah menghilangkan kesalahan-kesalahan, sebagaimana api yang menghilangkan kotoran emas dan perak”.
Wahai Ukhti Mukminah .!


Sudah barang tentu engkau akan menghadapi cobaan di dalam kehidupan dunia ini. Boleh jadi cobaan itu menimpa langsung pada dirimu atau suamimu atau anakmu ataupun anggota keluarga yang lain. Tetapi justru disitulah akan tampak kadar imanmu. Allah menurunkan cobaan kepadamu, agar Dia bisa menguji imanmu, apakah engkau akan sabar ataukah engkau akan marah-marah, dan adakah engkau ridha terhadap takdir Allah ?

Wasiat yang ada dihadapanmu ini disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala menasihati Ummu Al-Ala’ Radhiyallahu anha, seraya menjelaskan kepadanya bahwa orang mukmin itu diuji Rabb-nya agar Dia bisa menghapus kesalahan dan dosa-dosanya.
Selagi engkau memperhatikan kandungan Kitab Allah, tentu engkau akan mendapatkan bahwa yang bisa mengambil manfaat dari ayat-ayat dan mengambil nasihat darinya adalah orang-orang yang sabar, sebagaimana firman Allah.

“Artinya : Dan, di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah kapal-kapal di laut seperti gunung-gunung. Jikalau Dia menghendaki, Dia akan menenangkan angin, maka jadilah kapal-kapal itu terhenti di permukaan laut. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda -Nya bagi setiap orang yang bersabar dan banyak bersyukur”.
Engkau juga akan mendapatkan bahwa Allah memuji orang-orang yang sabar dan menyanjung mereka. Firman-Nya.

“Artinya : Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar , dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”.
Engkau juga akan tahu bahwa orang yang sabar adalah orang-orang yang dicintai Allah, sebagaimana firman-Nya.

“Artinya : Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar”.
Engkau juga akan mendapatkan bahwa Allah memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan balasan yang lebih baik daripada amalnya dan melipatgandakannya tanpa terhitung. Firman-Nya.
“Artinya : Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan”.
“Artinya : Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”.

Bahkan engkau akan mengetahui bahwa keberuntungan pada hari kiamat dan keselamatan dari neraka akan mejadi milik orang-orang yang sabar. Firman Allah.
“Artinya : Sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu, : ‘Salamun ‘alaikum bima shabartum’. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu”.
Benar. Semua ini merupakan balasan bagi orang-orang yang sabar dalam menghadapi cobaan. Lalu kenapa tidak? Sedangkan orang mukmin selalu dalam keadaan yang baik ?
Dari Shuhaib radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik. Apabila mendapat kelapangan, maka dia bersyukur dan itu kebaikan baginya. Dan, bila ditimpa kesempitan, maka dia bersabar, dan itu kebaikan baginya”.

Engkau harus tahu bahwa Allah mengujimu menurut bobot iman yang engkau miliki. Apabila bobot imanmu berat, Allah akan memberikan cobaan yang lebih keras. Apabila ada kelemahan dalam agamamu, maka cobaan yang diberikan kepadamu juga lebih ringan. Perhatikanlah riwayat ini.
“Artinya : Dari Sa’id bin Abi Waqqash Radhiyallahu anhu, dia berkata. ‘Aku pernah bertanya : Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling keras cobaannya ? Beliau menjawab: Para nabi, kemudian orang pilihan dan orang pilihan lagi. Maka seseorang akan diuji menurut agamanya. Apabila agamanya merupakan yang kuat, maka cobaannya juga berat. Dan, apabila di dalam agamanya ada kelemahan, maka dia akan diuji menurut agamanya. Tidaklah cobaan menyusahkan seorang hamba sehingga ia meninggalkannya berjalan di atas bumi dan tidak ada satu kesalahan pun pada dirinya”.

“Artinya : Dari Abu Sa’id Al-Khudry Radhiyallahu anhu, dia berkata. ‘Aku memasuki tempat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau sedang demam. Lalu kuletakkan tanganku di badan beliau. Maka aku merasakan panas ditanganku di atas selimut. Lalu aku berkata. ‘Wahai Rasulullah, alangkah kerasnya sakit ini pada dirimu’. Beliau berkata: ‘Begitulah kami . Cobaan dilipatkan kepada kami dan pahala juga ditingkatkan bagi kami’. Aku bertanya. ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya ? Beliau menjawab: ‘Para nabi. Aku bertanya. ‘Wahai Rasulullah, kemudian siapa lagi? Beliau menjawab: ‘Kemudian orang-orang shalih. Apabila salah seorang di antara mereka diuji dengan kemiskinan, sampai-sampai salah seorang diantara mereka tidak mendapatkan kecuali mantel yang dia himpun. Dan, apabila salah seorang diantara mereka sungguh merasa senang karena cobaan, sebagaimana salah seorang diantara kamu yang senang karena kemewahan”.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata. “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata :
“Artinya : Cobaan tetap akan menimpa atas diri orang mukmin dan mukminah, anak dan juga hartanya, sehingga dia bersua Allah dan pada dirinya tidak ada lagi satu kesalahanpun”.
Selagi engkau bertanya : “Mengapa orang mukmin tidak menjadi terbebas karena keutamaannya di sisi Rabb?”.
Dapat kami jawab : “Sebab Rabb kita hendak membersihkan orang Mukmin dari segala maksiat dan dosa-dosanya. Kebaikan-kebaikannya tidak akan tercipta kecuali dengan cara ini. Maka Dia mengujinya sehingga dapat membersihkannya. Inilah yang diterangkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap Ummul ‘Ala dan Abdullah bin Mas’ud. Abdullah bin Mas’ud pernah berkata. “Aku memasuki tempat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau sedang demam, lalu aku berkata. ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau sungguh menderita demam yang sangat keras’.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata. “Benar. Sesungguhnya aku demam layaknya dua orang diantara kamu yang sedang demam”.
Abdullah bin Mas’ud berkata. “Dengan begitu berarti ada dua pahala bagi engkau ?”
Beliau menjawab. “Benar”. Kemudian beliau berkata. “Tidaklah seorang muslim menderita sakit karena suatu penyakit dan juga lainnya, melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya dengan penyakit itu, sebagaimana pohon yang menggugurkan daun-daunnya”.

Dari Abi Sa’id Al-Khudry dan Abu Hurairah Radhiyallahu anhuma, keduanya pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata.
“Artinya : Tidaklah seorang Mukmin ditimpa sakit, letih, demam, sedih hingga kekhawatiran yang mengusiknya, melainkan Allah mengampuni kesalahan-kesalahannya”.
Sabar menghadapi sakit, menguasai diri karena kekhawatiran dan emosi, menahan lidahnya agar tidak mengeluh, merupakan bekal bagi orang mukmin dalam perjalanan hidupnya di dunia. Maka dari itu sabar termasuk dari sebagian iman, sama seperti kedudukan kepala bagi badan. Tidak ada iman bagi orang yang tidak sabar, sebagaimana badan yang tidak ada artinya tanpa kepala. Maka Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu anhu berkata. “Kehidupan yang paling baik ialah apabila kita mengetahuinya dengan berbekal kesabaran”. Maka andaikata engkau mengetahui tentang pahala dan berbagai cobaan yang telah dijanjikan Allah bagimu, tentu engkau bisa bersabar dalam menghadapi sakit. Perhatikanlah riwayat berikut ini.

“Artinya : Dari Atha’ bin Abu Rabbah, dia berkata. “Ibnu Abbas pernah berkata kepadaku. ‘Maukah kutunjukkan kepadamu seorang wanita penghuni sorga ? Aku menjawab. ‘Ya’. Dia berkata. “Wanita berkulit hitam itu pernah mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, seraya berkata. ‘Sesungguhnya aku sakit ayan dan terbuka. Maka berdoalah bagi diriku. Beliau berkata. ‘Apabila engkau menghendaki, maka engkau bisa bersabar dan bagimu adalah sorga. Dan, apabila engkau menghendaki bisa berdo’a sendiri kepada Allah hingga Dia memberimu fiat’. Lalu wanita itu berkata. ‘Aku akan bersabar. Wanita itu berkata lagi. ‘Sesungguhnya terbuka. Maka berdo’alah kepada Allah bagi diriku agar tidak terbuka’. Maka beliau pun berdoa bagi wanita tersebut”.

Perhatikanlah, ternyata wanita itu memilih untuk bersabar menghadapi penyakitnya dan dia pun masuk sorga. Begitulah yang mestinya engkau ketahui, bahwa sabar menghadapi cobaan dunia akan mewariskan sorga. Diantara jenis kesabaran menghadapi cobaan ialah kesabaran wanita muslimah karena diuji kebutaan oleh Rabb-nya. Disini pahalanya jauh lebih besar.
Dari Anas bin Malik, dia berkata. “Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata.
“Artinya : Sesungguhnya Allah berfirman. ‘Apabila Aku menguji hamba-Ku pada kedua matanya lalu dia bersabar, maka Aku akan mengganti kedua matanya itu dengan sorga”.
Maka engkau harus mampu menahan diri tatkala sakit dan menyembunyikan cobaan yang menimpamu. Al-Fudhail bin Iyadh pernah mendengar seseorang mengadukan cobaan yang menimpanya. Maka dia berkata kepadanya. “Bagaimana mungkin engkau mengadukan yang merahmatimu kepada orang yang tidak memberikan rahmat kepadamu ?”

Sebagian orang Salaf yang shalih berkata : “Barangsiapa yang mengadukan musibah yang menimpanya, seakan-akan dia mengadukan Rabb-nya”.
Yang dimaksud mengadukan di sini bukan membeberkan penyakit kepada dokter yang mengobatinya. Tetapi pengaduan itu merupakan gambaran penyesalan dan penderitaan karena mendapat cobaan dari Allah, yang dilontarkan kepada orang yang tidak mampu mengobati, seperti kepada teman atau tetangga.

Orang-orang Salaf yang shalih dari umat kita pernah berkata. “Empat hal termasuk simpanan sorga, yaitu menyembunyikan musibah, menyembunyikan shadaqah, menyembunyikan kelebihan dan menyembunyikan sakit”.
Ukhti Muslimah !


Selanjutnya perhatikan perkataan Ibnu Abdi Rabbah Al-Andalusy : “Asy-Syaibany pernah berkata. ‘Temanku pernah memberitahukan kepadaku seraya berkata. ‘Syuraih mendengar tatkala aku mengeluhkan kesedihanku kepada seorang teman. Maka dia memegang tanganku seraya berkata. ‘Wahai anak saudaraku, janganlah engkau mengeluh kepada selain Allah. Karena orang yang engkau keluhi itu tidak lepas dari kedudukannya sebagai teman atau lawan. Kalau dia seorang teman, berarti dia berduka dan tidak bisa memberimu manfaat. Kalau dia seorang lawan, maka dia akan bergembira karena deritamu. Lihatlah salah satu mataku ini, ’sambil menunjuk ke arah matanya’, demi Allah, dengan mata ini aku tidak pernah bisa melihat seorangpun, tidak pula teman sejak lima tahun yang lalu. Namun aku tidak pernah memberitahukannya kepada seseorang hingga detik ini. Tidakkah engkau mendengar perkataan seorang hamba yang shalih : “Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku”. Maka jadikanlah Allah sebagai tempatmu mengadu tatkala ada musibah yang menimpamu. Sesungguhnya Dia adalah penanggung jawab yang paling mulia dan yang paling dekat untuk dimintai do’a”.

Abud-Darda’ Radhiyallahu anhu berkata. “Apabila Allah telah menetapkan suatu takdir, maka yang paling dicintai-Nya adalah meridhai takdir-Nya”.
Perbaharuilah imanmu dengan lafazh la ilaha illallah dan carilah pahala di sisi Allah karena cobaan yang menimpamu. Janganlah sekali-kali engkau katakan : “Andaikan saja hal ini tidak terjadi”, tatkala menghadapi takdir Allah. Sesungguhnya tidak ada taufik kecuali dari sisi Allah.

HADIAH ALLAH SWT BAGI ORANG-ORANG YANG SABAR


Dan bagi orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan dzalim mereka membela diri. Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang dzalim. Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada dosa atas mereka. Sesungguhnya doa itu atas orang-orang yang berbuat dzalim kepada manusia dan melampaui batas dimuka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih. Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya perbuatan demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.’ (QS. Asy-Syuura’ [42] 39-43). "Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar." (QS. An Nahl [16] 126) "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (QS. Alam Nasyrah [94] 5 -6) BERTAWAKAL PADA ALLAH, MOHONLAH SELALU PETUNJUK ALLAH SWT, BERSABAR DAN BERDOA ... "Ya Allah, lihatlah air mata kami ini, kepedihan dihati kami. Hanya Engkaulah sumber kebahagiaan kami, ku mohon ubahlah kesedihan kami menjadi kebahagiaan dan ubahlah air mata kami menjadi senyuman."

Allah Bersama Oranng-orang Yang Sabar

Sabar adalah satu sifat yang mulia. Dengan sifat sabar, kita bisa merubah lawan menjadi teman. Orang-orang yang sabar mempunyai keuntungan yang besar:
„Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.
Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.“ [Fushilat:34-35]

Allah menjanjikan surga kepada orang-orang yang sabar:
„Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.“ [Ali Imran:133-134]

Ketika Abu Bakar tersinggung pada kerabatnya yang turut menyiarkan fitnah terhadap anaknya ‚Aisyah dan ingin menghentikan bantuan, turun ayat Allah yang melarang itu:
„Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka mema’afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang“ [An Nuur:122]


Memaafkan orang bisa mendapat pahala dan lebih utama:
„Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.“ [Asy Syuura:40]
„Tetapi orang yang bersabar dan mema’afkan, sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.“ [Asy Syuura:43]
„Jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pema’af lagi Maha Kuasa.“ [An Nisaa’:149]

Kadang dalam rangka taushiyah/dakwah orang sering berkata-kata buruk terhadap orang yang tidak sepaham. Padahal dalam surat Al Ashr kita diperintahkan untuk melakukannya dengan cara yang baik dan dengan kesabaran:

„kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.“ [Al Ashr:3]

Allah tidak suka dengan orang yang suka mencaci orang lain:

„Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.“ [An Nisaa’:148]

Allah cinta dan bersama dengan orang-orang yang sabar:

„Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.“ [Al Anfaal:46]

Allah menyuruh kita sabar dan melarang kita marah meski kita dalam keadaan benar. Lihat bagaimana Allah mengecam Nabi Yunus yang marah kepada ummatnya yang jelas-jelas kafir:

„Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya).“ [Al Qalam:48]

Menjadi orang yang sabar memang sulit. Sangat sulit. Mudah-mudahan Allah SWT memberi kekuatan bagi kita hingga bisa jadi orang yang sabar dan dekat denganNya.

Di bawah adalah doa agar diberi Allah kesabaran dan wafat dengan akhir yang baik (Husnul Khatimah) di mana kita bukan hanya dicintai Allah, tapi juga manusia:


“Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri kepada-Mu” [Al A'raaf 126]


Wassalamu’alaikum wr wb

Senin, 12 Maret 2012

Akhlak Islam Cerminan Aqidah Islam

“Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berakhlak yang agung” (Al qalam : 4). Adakah orang yang tidak menyukai perhiasan ? jawaban pertanyaan ini jelas, bahwa tidak ada seorangpun melainkan ia menyukai perhiasan dan senang untuk tampil berhias di hadapan siapa saja. Karena itu kita lihat banyak orang berlomba-lomba untuk memperbaiki penampilan dirinya. Ada yang lebih mementingkan perhiasan dhahir (luar) dengan penambahan aksesoris sepertipakaian yang bagus, make up yang mewah dan emas permata, sehingga mengundang decak kagum orang yang melihat. Adapula yang berupaya memperbaiki kualitas akhlak, memperbaiki dengan akhlak islami.

Yang disebut terakhir ini tentunya bukan decak kagum manusia yang dicari, namun karena kesadaran agamanya menghendaki demikian dengan disertai harapan mendapatkan pahala dari Allah subhanahu wa ta’ala. Kalaupun penampilannya mengundang pujian orang, ia segera mengembalikannya kepada Allah karena kepunyaan-Nyalah segala pujian dan hanya Dialah yang berhak untuk dipuji.

ISLAM MENGUTAMAKAN AKHLAK

Mungkin banyak diantara kita kurang memperhatikan masalah akhlak. Di satu sisi kita mengutamakan tauhid yang memang merupakan perkara pokok/inti agama ini, berupaya menelaah dan mempelajarinya, namun disisi lain dalam masalah akhlak kurang diperhatikan. Sehingga tidak dapat disalahkan bila ada keluhan-keluhan yang terlontar dari kalangan awwam, seperti ucapan : “Wah udah ngerti agama kok kurang ajar sama orang tua.” Atau ucapan : “Dia sih agamanya bagus tapi sama tetangga tidak pedulian.”, dan lain-lain.

Seharusnya ucapan-ucapan seperti ini ataupun yang semisal dengan ini menjadi cambuk bagi kita untuk mengoreksi diri dan membenahi akhlak. Islam bukanlah agama yang mengabaikan akhlak, bahkan islam mementingkan akhlak. Yang perlu diingat bahwa tauhid sebagai sisi pokok/inti islam yang memang seharusnya kita utamakan, namun tidak berarti mengabaikan perkara penyempurnaannya. Dan akhlak mempunyai hubungan yang erat. Tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap Allah dan ini merupakan pokok inti akhlak seorang hamba. Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Semakin sempurna tauhid seseorang maka semakin baik akhlaknya, dan sebaliknya bila seorang muwahhid memiliki akhlak yang buruk berarti lemah tauhidnya.

RASUL DIUTUS UNTUK MENYEMPURNAKAN AKHLAK

Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam, rasul kita yang mulia mendapat pujian Allah. Karena ketinggian akhlak beliau sebagaimana firmanNya dalam surat Al Qalam ayat 4. bahkan beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam sendiri menegaskan bahwa kedatangannya adalah untuk menyempurnakan akhlak yang ada pada diri manusia, “Hanyalah aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak.”(HR.Ahmad, lihat Ash Shahihah oleh Asy Syaikh al Bani no.45 dan beliau menshahihkannya).

Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu seorang sahabat yang mulia menyatakan :“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik budi pekertinya.” (HR.Bukhari dan Muslim). Dalam hadits lain anas memuji beliau shalallahu ‘alahi wasallam : “Belum pernah saya menyentuh sutra yang tebal atau tipis lebih halus dari tangan rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Saya juga belum pernah mencium bau yang lebih wangi dari bau rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Selama sepuluh tahun saya melayani rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam, belum pernah saya dibentak atau ditegur perbuatan saya : mengapa engkau berbuat ini ? atau mengapa engkau tidak mengerjakan itu ?” (HR. Bukhari dan Muslim).

Akhlak merupakan tolak ukur kesempurnaan iman seorang hamba sebagaimana telah disabdakan oleh rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam : “Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya.” (HR Tirmidzi, dari abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, diriwayatkan juga oleh Ahmad. Disahihkan Al Bani dalam Ash Shahihah No.284 dan 751). Dalam riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdillah bin amr bin Al ‘Ash radhiallahu ‘anhuma disebutkan : “Sesungguhnya sebaik-baik kalian ialah yang terbaik akhlaknya.”

KEUTAMAAN AKHLAK

Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu mengabarkan bahwa suatu saat rashulullah pernah ditanya tentang kriteria orang yang paling banyak masuk syurga. Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Taqwa kepada Allah dan Akhlak yang Baik.” (Hadits Shahih Riwayat Tirmidzi, juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Lihat Riyadus Sholihin no.627, tahqiq Rabbah dan Daqqaq).

Tatkala Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menasehati sahabatnya, beliau shalallahu ‘alahi wasallam menggandengkan antara nasehat untuk bertaqwa dengan nasehat untuk bergaul/berakhlak yang baik kepada manusia sebagaimana hadits dari abi dzar, ia berkata bahwa rashulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada dan balaslah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya kebaikan itu akan menutupi kejelekan dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.”(HR Tirmidzi, ia berkata: hadits hasan, dan dishahihkan oleh syaikh Al Salim Al Hilali).

Dalam timbangan (mizan) amal pada hari kiamat tidak ada yang lebih berat dari pada aklak yang baik, sebagaimana sabda rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam :“ Sesuatu yang paling berat dalam mizan (timbangan seorang hamba) adalah akhlak yang baik.” (HR. Abu Daud dan Ahmad, dishahihkan Al Bani. Lihat ash Shahihah Juz 2 hal 535). Juga sabda beliau : “ Sesungguhnya sesuatu yang paling utama dalam mizan (timbangan) pada hari kiamat adalah akhlak yang baik.” (HR. Ahmad, dishahihkan al Bani. Lihat Ash Shahihah juz 2 hal.535).

Dari Jabir radhiallahu ‘anhu berkata : Rashulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling saya kasihi dan yang paling dekat padaku majelisnya di hari kiamat ialah yang terbaik budi pekertinya.” (HR. Tirmidzi dengan sanad hasan. Diriwayatkan juga oleh Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban. Lihat Ash shahihah Juz 2 hal 418-419).

Dari hadits-hadits di atas dapat dipahami bahwa akhlak yang paling baik memiliki keutamaan yang tinggi. Karena itu sudah sepantasnya setiap muslimah mengambilakhlak yang baik sebagai perhiasannya. Yang perlu diingat bahwa ukuran baik atau buruk suatu akhlak bukan ditimbang menurut selera individu, bukan pula hitam putih akhlak itu menurut ukuran adat yang dibuat manusia. Karena boleh jadi, yang dianggap baik oleh adat bernilai jelek menurut timbangan syari’at atau sebaliknya.

Jelas bagi kita bahwa semuanya berpatokan pada syari’at, dalam semua masalah termasuk akhlak. Allah sebagai Pembuat syari’at ini, Maha Tahu dengan keluasan ilmu-Nya apa yang mendatangkan kemashlahatan/kebaikan bagi hamba-hamba-Nya. Wallahu Ta’ala a’lam.

Sabtu, 03 Maret 2012

Pandangan Al-Qur'an Mengenai Kufur Nikmat



Assalamu'alaikum wr wb

by syiahali

Tafsir Tematik

Pandangan Al-Qur’an Mengenai Kufur Nikmat

Sebagai contoh, apabila sebuah aturan sudah tidak lagi berfungsi di sebuah masyarakat atau negara tertentu, dan orang-orang kayanya tidak lagi memberikan hak-hak fakir dan miskin, maka keseimbangan ekonomi akan hilang dari masyarakat ini dan efek buruknya akan kembali kepada kelompok kaya itu sendiri. Penyebabnya adalah semata karena keengganan mereka memberikan bantuan dan berinfak kepada saudara-saudaranya yang fakir dan miskin.

Ada dua pesan yang dibawa oleh al-Qur’an al-Karim dan selanjutnya disampaikan oleh Rasulullah Saw dan para Washi beliau As. Dua pesan itu adalah kabar gembira dan kabar menakutkan (peringatan). Kabar gembira (basyiran) itu beliau sampaikan buat orang-orang yang beriman. Sedangkan peringatan (nadziran) beliau sampaikan buat orang-orang yang ingkar dan kafir. Sebagaimana Allah Swt telah menegaskan akan menambahkan balasan, ganjaran dan keberkahan bagi orang-orang yang mensyukuri segala pemberian dan nikmat-nikmat-Nya, demikian pula Dia mengancam dengan siksa dan berbagai bencana terhadap orang-orang yang mengkufuri nikmat-nikmat-Nya. Tulisan kali ini mengenai tafsir tematik dan atas ayat-ayat pilihan pada kesempatan kali ini adalah tentang kufur nikmat.

Sehubungan dengan mengkufuri nikmat, Allah Swt berfirman di dalam surat an-Nahl ayat 112 dan 113 sebagai berikut:

وَ ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً قَرْيَةً كانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتيها رِزْقُها رَغَداً مِنْ كُلِّ مَكانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللهِ فَأَذاقَهَا اللهُ لِباسَ الْجُوعِ وَ الْخَوْفِ بِما كانُوا يَصْنَعُونَ. وَ لَقَدْ جاءَهُمْ رَسُولٌ مِنْهُمْ فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَهُمُ الْعَذابُ وَ هُمْ ظالِمُونَ.

Artinya: “Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rizkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah. Karena itulah Allah mengenakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka seorang rasul dari mereka sendiri, tetapi mereka mendustakannya. Karena itu, mereka dimusnahkan oleh azab Ilahi dan mereka adalah orang-orang yang zalim”.

Dua ayat di atas ingin menjelaskan tempat kembali orang-orang yang tidak mensyukuri nikmat-nikmat Allah Swt, dan bahkan mereka mengkufurinya. Karenanya Allah Swt menimpakan siksa yang berat kepada mereka.

Penjelasan

Di dalam ayat tersebut Allah Swt berfirman: (قَرْيَةً وَ ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً)“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan dengan sebuah negeri atau kota”. Al-Quran al-Majid menyerupakan dan membuat perumpamaan orang-orang kafir yang mengingkari nikmat-nikmat Allah dengan sebuah kampung[1] berpenduduk yang memiliki kekayaan matertial dan imaterial yang melimpah. Kampung ini dicirikan dengan empat karakter berikut ini:

1. 1. ”(dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman”. (كانَتْ آمِنَةً)


Ciri pertama kampung atau negara ini adalah sebuah kampung atau negara yang aman. Memang, rasa aman adalah termasuk nikmat Ilahi yang paling penting. Karenanya ia didahulukan penyebutannya dari nikmat-nikmat lainnya.

Sebenarnya, apabila suatu tempat atau suatu daerah yang berpenduduk telah kehilangan keamanannya, maka ia juga akan kehilangan sistem ekonomi yang baik. Demikian juga, ia akan kehilangan kenyamaan belajar-mengajar, serta pengembangkan keahlian dan kegiatan industri. Bahkan pelaksanaan ibadah, dan syi’ar-syi’ar agama pun menjadi tidak kondusip dan tidak semarak lagi. Artinya sebuah kegiatan tidak akan bisa berjalan secara maksimal tanpa terciptanya sebuah keamanan.

Masyarakat dan bangsa Indonesia tentu tidak akan lupa ketika menghadapi berbagai problem di tengah-tengah perjuangan suci membela tanah air dan mengusir penjajahan Belanda. Dan termasuk kesulitan yang dialami oleh umat islam pada waktu itu dalam pelaksanaan ibadah. Sebagian kaum muslimin di tengah-tengah shalatnya mendengar suara bom dan tembakan sehingga membuat mereka khawatir dan tidak tenang dalam beribadah. Mereka merasakan ketidaksempurnaan pelaksanaan shalatnya. Karena itu, kondisi aman merupakan kenikmatan yang sangat besar yang berpengaruh terhadap cara pelaksanaan ibadah.

Ketika telapak kaki Ibrahim al-Khalil As menapak di tanah Makkah yang tandus dan kemudian beliau membangun Baitullah al-Haram, beliau As berdo`a untuk penduduk Makkah kelak dengan sebuah do`a yang diabadikan oleh Allah Swt di dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 126 sebagai berikut:

وَ إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيْمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا وَ ارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللهِ وَ الْيَوْمِ الْآخِرِ قَالَ وَ مَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيْلاً ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَ بِئْسَ الْمَصِيْرُ.

”Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Wahai Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rizki berupa buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafirpun Aku akan beri kesenangan sementara, tetapi kemudian Aku seret ia secara paksa untuk menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali”.

Di dalam ayat ini kita membaca bahwa do`a pertama yang dipanjatkan nabi Ibrahim As untuk penduduk kota ini adalah keamanan.

Di dalam suatu negara, apabila sebagian saja penduduknya melalaikan keamanan, maka seluruh masyarakatnya akan merasakan penderitaan yang berat dan tidak merasa aman dalam menjalani kehidupan. Sesungguhnya perampok-perampok yang bersenjata, baik dengan senjata api atau bukan, tetap dikategorikan sebagai pengganggu dan perusak keamanan, karena ulahnya itu akan menimbulkan akibat yang dahsyat berupa hilangnya kemanan dan ketentraman. Demikian juga orang-orang yang melalaikan keamanan wilayahnya yang luas, mereka dikategorikan sebagai para perusak di muka bumi ini, dan balasan bagi mereka adalah kehancuran dan siksa yang pedih.

1. 2. ”lagi tenteram”. (مُطْمَئِنَّةً)

Sebelum itu, kota tersebut dicirikan sebagai kota yang penuh dengan keamanan, namun keamanannnya tidaklah tetap dan permanen, kemudian ciri berikutnya adalah memiliki keamanan yang tetap dan permanen. Tentram atau mutmainnah yang disebutkan ayat ini menunjukkan pada keamanan yang bersifat tetap dan permanen.

1. 3. ”rizkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat”. (يَأْتيها رِزْقُها رَغَداً مِنْ كُلِّ مَكانٍ)
Sebagaimana telah disebutkan tadi bahwa keamanan harus mencakup semua bidang, termasuk diantaranya adalah bidang ekonomi yang sehat dan kuat. Negara yang aman dari gangguan ini pasti akan memberikan rizki kepada penduduknya dari segala arah dan tempat. Ia menyediakan berbagai lahan pekerjaan yang banyak dan bermacam-macam.

1. 4. ”Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka seorang rasul dari mereka sendiri”. (وَ لَقَدْ جاءَهُمْ رَسُولٌ مِنْهُمْ)

Allah Swt, di samping memberikan kenikmatan-kenikmatan material (keamanan dan ketentraman), juga memberikan kenikmatan-kenikmatan imaterial (maknawi), yaitu berupa pengutusan seorang nabi maksum (terjaga dari dosa) dan seorang bijak dari kalangan mereka sendiri sehingga pengetahuan dan pendidikan mereka menjadi sempurna.

Dari ayat tersebut dapat kita pahami bahwa penduduk kota atau negara ini menikmati empat jenis kenikmatan dan hidup dalam kemewahan, hanya saja mereka tidak mau bersyukur kepada Allah Swt atas nikmat-nikmat-Nya ini.

Allah Swt berfirman: “tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan”.

(فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللهِ فَأَذاقَهَا اللهُ لِباسَ الْجُوعِ وَ الْخَوْفِ)

Penduduk negeri ini telah berlaku kufur dengan tidak mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Bahkan nikmat-nikmat tersebutlah yang telah menyebabkan mereka berlaku sombong, congkak dan egois, setelah berlaku zalim dan tidak mensyukuri nikmat-nikmat tersebut secara benar. Maka, akibat dari sikap semacam itu, turulah azab Ilahi kepada mereka. Sebagai efeknya, Allah Swt memberi mereka makanan yang pahit, yaitu kelaparan dan mencabut kondisi aman dari mereka. Setiap saat mereka dihantui aksi para pencuri dan perampok, kondisi perekonomian yang tidak menentu serta kehidupan melarat akibat dari hilangnya keamanan negeri mereka.

Barangkali timbul pertanyaan di dalam hati dari sebagian kita, bahwa ungkapan “adzâqahâ (Allah merasakan kepada mereka)” tidaklah sesuai dengan ungkapan libâas (pakaian), yang tepat adalah ungkapan albasahâ (-Allah- memakaikannya -kepada mereka-)?

Jawabnya adalah: Terdapat dua poin penting terkait penggunaan kata adzâqa bersama libâs. Berikut ini kami paparkan kedua poin tersebut:

a. Libas (pakaian) mencakupi seluruh badan, demikian juga azab Ilahi telah meliputi seluruh perkampungan atau negara tersebut.
b. Terkait ungkapan adzâqahâ, yang harus diperhatikan adalah bahwa penginderaan dan penyingkapan seseorang kepada sesuatu, itu dilakukan melalui beberapa tahapan;

Seseorang memahami atau menangkap sesuatu itu melalui alat indera pendengaran, sebagaimana ketika ia mendengar suara api, ia akan memahami adanya sebuah kebakaran.

Terkadang seseorang melihat api dan langsung menangkapnya melalui penginderaan mata. Alat penginderaan ini jauh lebih tinggi dari alat indera sebelumnya.

Terkadang ada orang yang menyentuh api sehingga mengetahui betul keberadaannya. Penginderaan seperti ini jauh lebih tinggi dibanding dua cara pengindraaan sebelumnya.

Terkadang juga seseorang memahami sesuatu melalui rasa (dzauq), dan ini jauh lebih sempurna lagi dari pengetahuan melalui ketiga indera di atas. Tujuan penggunaan kata adâqa (dzauq) pada ayat tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan kedahsyatan kemampuan mereka dalam memahami dan merasakan adzab Ilahi dan makanan yang pahit tadi. Allah Swt berfirman: ”disebabkan apa yang selalu mereka perbuat”.

)بِما كانُوا يَصْنَعُونَ(

Artinya perbuatan penduduk kampung atau negara tersebut telah menyebabkan turunnya adzab Ilahi. Mereka benar-benar telah memancing datangnya azab yang efeknya akan dirasalan oleh mereka sendiri.

Sebagai contoh, apabila sebuah aturan sudah tidak lagi berfungsi di sebuah masyarakat atau negara tertentu, dan orang-orang kayanya tidak lagi memberikan hak-hak fakir dan miskin, maka keseimbangan ekonomi akan hilang dari masyarakat ini dan efek buruknya akan kembali kepada kelompok kaya itu sendiri. Penyebabnya adalah semata karena keengganan mereka memberikan bantuan dan berinfak kepada saudara-saudaranya yang fakir dan miskin.

Karenanya, dalam sebuah riwayat disebutkan: ”Apabila orang-orang kaya kikir dengan kewajibannya, maka orang-orang fakir akan menjual akhiratnya dengan dunianya”[2].

Artinya bahwa kefakiran telah menyebabkan maraknya tindak pencurian, dan akhirnya berkembang pada hilangnya keamanan di sebuah masyarakat. Demikian ini seperti disebutkan dalam sebuah riwayat: ”jagalah harta-harta kalian dengan sedekah”[3].

Artinya bahwa cara menjaga harta bukanah dengan membangga-banggakannya, melainkan dengan mensedekahkan sebagiannya, sehingga api kefakiran tidak sampai menyala dan membakar keamanan masyarakat, yang pada akhirnya dapat mengancam harta-harta mereka.

Pesan-pesan ayat

Melalui ayat tersebut, paling tidak ada dua pesan yang bisa kita ambil sebaai ibrat dan pelajaran penting.

1. Azab dan malapetaka adalah akibat perbuatan manusia

Di antara yang dapat disimpulkan dari ayat-ayat al-Qur’an dan terutama dari kedua ayat di atas ialah bahwa problema yang kita hadapi dan malapetaka yang menimpa kita, sebenarnya adalah hasil dari perbuatan kita juga. Karena sesungguhnya Allah tidak akan menzalimi seorang pun.

Misalnya, apabila mayoritas para pemuda di sebuah masyarakat atau negara tidak merasakan kehidupan yang layak, bahkan terancam tidak bisa melakukan pernikahan, padahal negara mempunyai kekayaan yang melimpah, sementara di pihak lain terdapat sekelompok orang yang hidup dengan bergelimpangan fasilitas mewah, mereka memberikan berbagai fasilitas wah bernilai milyaran rupiah serta biyaya pernikahan besar kepada anak-anaknya, maka jika demikian, akan berkembanglah segala keburukan, tindak kriminal dan ketidakamanan. Dengan demikian jelaslah bahwa penyebab segala kebrutalan dan keburukan ini adalah karena individu-indibidu masyarakat atau negara itu sendiri.

Al-Qur’an al-Karim di dalam surat ar-Rum ayat ke 41 menjelaskan sebagai berikut:

ظَهَرَ الْفَسادُ فِي الْبَرِّ وَ الْبَحْرِ بِما كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذيقَهُمْ بَعْضَ الَّذي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ.

”Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

Sungguh benar, bahwa sumber segala bencana dan problema adalah karena ulah manusia itu sendiri. Seorang ayah yang kerjanya hanya memikirkan bagaimana mengumpulkan harta serta membangga-banggakannya, ia lupa pada pendidikan anak-anak dan keluarganya, jika pada masa berikunya ia menemukan berbagai permasalahan amoral dan malapetaka dari anak-anaknya yang telah menjadi korban NARKOBA, maka janganlah menyalahkan siapapun kecuali dirinya sendiri, karena dia sendirilah penyebab semua problema yang telah menimpanya itu.

Salah seorang ulama kota suci Qum bercerita bahwa pada tahun 1342 HS, yaitu pada masa kekuasaan Reza Pahlevi yang merupakan boneka Amerika pada saat itu, pemerintah melakukan penangkapan terhadap sejumlah politikus dan agamawan. Kemudian mereka dijebloskan ke dalam penjara . Seorang ulama yang termasuk ditangkap dan ditahan itu berkata, “Selama beberapa hari di dalam penjara, kami mendengar suara-suara yang menakutkan. Kami menduga bahwa suara-suara itu adalah akibat dari tekanan yang dilakukan para sipir penjara kepada mereka. Tetapi dugaan kami itu salah, karena kemudian kami ketahui bahwa suara-suara itu adalah teriakan-teriakan para pecandu NARKOBA yang ketagihan dan sudah saatnya untuk mengkonsumsi obat-obat haram dan terlarang tersebut. Namun karena di dalam penjara mereka tidak bisa lagi mendapatkannya, maka mereka merasakan kesakitan yang sangat dahsyat dan berteriak-teriak secara histeris dan menakutkan.” Tidak diragukan lagi bahwa kondisi ini adalah akibat dari ulah perbuatan mereka sendiri. Tidak ada yang harus disalahkan, kecuali diri mereka sendiri. Bahkan lebih dari itu, para pengguna narkotik itu menyebarkan kerusakan moral di tengah-tengah masyarakat secara luas dan dengan leluasa, mereka menawarkan dan menjual narkotik tersebut kepada para pemuda lainnya sehingga semua pemuda menjadi rusak.

Ketahuilah bahwa sesungguhnya para musuh Islam telah menempuh berbagai macam cara untuk menjerumsukan para pemuda kita ke dalam sebuah perangkap jahat, dan NARKOBA adalah salah satu dari jalan yang mereka tempuh. Mereka mengetahui bahwa seorang pemuda yang telah mengkonsumsi dan kecanduan obat-obatan narkotika ini akan kehilangan kehendaknya, sehingga ia bisa diarahkan kemana saja sesuai yang mereka inginkan.

2. Apakah kampung itu ada wujudnya?

Yang dapat dipahami dari ayat tersebut ialah bahwa kampung yang memiliki empat karakter tersebut benar-benar ada wujud nyatanya. Karena itu, telah terajdi diskusi dan perbedaan pendapat di kalangan para mufassir dalam menjawab apa nama kampung tersebut.

Terdapat beberapa kemungkinan mengenai nama kampung tersebut. Sebagai contoh, di sini saya akan menyebutkan dua nama saja;

1. Beberapa mufassir meyakini bahwa kampung yang dimaksud pada ayat tersbut adalah kota Makkah[4]. Makkah diyakini sebagai perwujudan dari kampung yang aman dan tentram. Sebagaimana dalam kenyataannya, kota ini dianugerahi berbagai macam kenikmatan, meskipun beberapa kenikmatan tidak ada di sana, namun sebagian yang tidak ada itu masih bisa didatangkan dan diinpor dari wilayah dan negara-negara lain yang memilikinya. Karenanya, ia benar-benar memiliki segala macam kenikmatan.

Ketika Rasulullah Saw berhijrah dari Makkah menuju Madinah, Makkah pada saat itu dilanda kekeringan selama tujuh tahun. Malapetaka ini diakibatkan oleh kekufuran penduduknya terhadap nikmat yang disampaikan oleh Rasulullah Saw kepada mereka. Kekeringan tersebut telah mendorong Rasulullah Saw untuk mengirimkan bantuan bahan makanan kepada mereka dari kota Madinah. Kekeringan ini pun telah menyebabkan hilangnya rasa aman di dalam kota tersebut.

Sungguh benar, bahwa kufur terhadap nikmat itu akan diikuti oleh azab Ilahi, dan ini merupakan sunnah Ilahiyah yang benar-benar terjadi di setiap tempat dan zaman. Setiap kali kekufuran terhadap nikmati terulang di suatu tempat, maka azab Ilahi pun akan terulang di tempat tersebut. Tidak terkecuali bencana yang menimpa negara kita.

2. Sebagian mufassir lain meyakini bahwa yang dimaksud dengan kota tersebut adalah kota Saba[5], sebagaimana disebutkan di dalam surat Saba. Negara Saba adalah negara yang amat makmur. Di sana terdapat sebuah bendungan bernama Maarib. Dengan adanya bendungan ini, negri Saba berubah menjadi negri yang gemah ripah loh jinawi, dimana kenikmatan berupa makanan dan perhiasan melimpah ruah hingga melebihi kebutuhan penduduknya. Cukup dengan berjalan di jalan-jalannya dan meletakkan wadah di kepala, maka setelah beberapa saat dengan sendirinya wadah tersebut akan dipenuhi beraneka macam buah-buahan di pinggiran jaran.

Sesungguhnya kota ini telah memperoleh berbagai kenikmatan, kenyamanan dan ketentraman. Namun sangat disayangkan, penduduknya lebih memilih mengkufuri nikmat-nikmat ini dan meninggalkan syukur kepada Allah Swt. Maka Allah Swt mewahyukan kepada tikus-tikus untuk menghancurkan kota ini. Tikus-tikus ini menggerogoti bendungan Maarib tersebut hingga sedikit demi sedikit bendungan ini pun jebol pada malam hari. Airnya membanjiri seluruh wilayah kota dan menghancurkan jalan-jalan, kebun, pepohonan, rumah dan apapun yang ada di dalamnya. Kehancurannya mencapai titik paling parah hingga memaksa penduduknya hijrah ke tempat lain, dan kota tersebut kini tidak lagi bisa dihuni.

Kita yang hidup pada msa sekarang ini, secara nyata dan jelas tengah merasakan buah pengkufuran nikmat Allah Swt. Apabila kita tidak mau memperbaiki hubungan kita dengan Allah Swt, tidak mau bersyukur, tidak mau bertaubat, tidak mau beribadah secara benar dan tetap bergelimpangan dalam maksiat, maka kehancuran negara dan masyarakat kita ini akan semakin parah.

Sebelum perang dunia ke dua, Eropa merupakan negara yang tenggelam dalam berbagai macam kenikmatan. Kota-kotanya makmur dan memiliki kemajuan budaya dan tekonologi luar biasa hebat. Ia memiliki jenis kenikmatan apapun. Namun karena kekufurannya terhadap nikmat, mereka dilanda perang terbuka yang menelan korban jiwa hampir tigapuluh juta jiwa, dan tigapuluh juta lainnya terluka. Efek dari perang tersebut adalah kehancuran sebagian besar wilayah Eropa.

Atas dasar ini, ayat-ayat tersebut merupakan peringatan kepada kita agar tidak mengkufuri nikmat-nikmat Allah, baik materil maupun imateril. Kita betul-betul harus mensyukurinya.

Harapan dan doa saya, semoga apa yang telah kita kaji pada kesempatan pertemuan ini, dapat kita pahami dengan benar dan dapat pula kita amalkan dengan baik dan ikhlas sehingga bisa membuahkan dan melahirkan apa yang kita harapkan dan idam-idamkan, yaitu berupa kemanan dan ketentrama yang sejati dan abadi. []

[1] Istilah qaryah (kampung) dalam al-Qur`an tidaklah berarti sama dengan kota sekarang. Secara umum ia berarti sebuah kawasan yang berpenduduk, baik berbentuk kota besar maupun kota kecil. Istilah qaryah ini dimaksudkan sebagai ibu kota Mesir pada masa nabi Yusuf a.s.
[2] Bihârul Anwar, juz 47, hal. 741. dan Nahjul Balaghah, pada Kalimat_Kalimat Ringkas”, kalimat ke 364.
[3] Ibid, Nahjul Balaghah, kalimat ke 146.
[4] Lihatlah Tafsir Majma` al-Bayân, juz 6, hal. 39. dan At-Tibyân, juz 6, hal. 432.
[5] Lihat tafsir al-Amtsal, juz 8, hal. 311-312.


“Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah ? Tiada orang yg merasa aman dari azab Allah kecuali mereka adl orang-orang yg merugi. Dan apakah belum jelas bagi orang-orang yg mempusakai negeri sesudah penduduknya bahwa kalau kami menghendaki tentu kami azab mereka krn dosa-dosanya. Dan kami kunci mati hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar ?” . Sebelum turun peringatan itu Allah ‘Azza wa Jalla lbh dulu berjanji akan menurunkan berkah-Nya dari langit dan dari bumi pada suatu negeri yg masyarakatnya beriman serta bertaqwa sebagai sarana pemakmuran dan penentraman kehidupan. Namun sayangnya kebanyakan manusia cenderung malalaikan peringatan itu dan mengingkari ni’mat Allah. Sehingga turunlah ketetapan hukum-Nya terhadap mereka yakni siksaan dan hinaan sehina-hinanya didunia dan akhirat . Ayat pembuka di atas adl peringatan kepada siapa saja yg lalai dalam mengemban amanah Allah utk senantiasa menjaga kehidupan dari hal-hal yg merusak. Alam adl ni’mat sempurna Allah SWT yg dipersembahkan kepada umat mnusia. Karena itu manusia wajib mensyukurinya dgn cara memelihara kelestariannya serta mempertahankannya sekuat mungkin dari upaya-upaya destruktif. Alam ini penuh dgn semilyar pesona dan keistimewaan-keistimewaan yg luar biasa krn itu hanya dipersembahkan pada manusia sebagai mahluk ciptaan-Nya yg paling istimewa dari segi jatah pemberian rezeki dari penciptanya. Bukanlah Allah telah ciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baik ciptaan diantara ciptaan-Nya yg lain? Bukankah lama dan seluruh habitat tempat manusia berdiam telah diformat dalam keadan “siap pakai” dgn semua hukum alam yg pasti dan tetap sebagai sarana penunjang kelangsungan hidup manusia? Dan jangan lupa selain ni’mat yg bersifat zahir itu Allah juga menyempurnakan ni’mat manusia dgn memberikan mereka pedoman hidup sempurna . Sehingga dgn sarana dan pedoman hidup sempurna yg Allah karuniakan kepada manusia seyogyanya mereka dgn survive hidup mulia makmur dan tenram. Dengan kata lain manusia mestinya mampu eksis sebagai khalifah-khalifah Allah di atas muka bumi dgn penuh izzah dan kewibawaan. Sebagai khalifah Allah di atas muka bumi ada dua tugas pokok penting yg harus diemban dan ditunaikan mnusia sampai hari kiamat. Yang pertama memakmurkan bumi . Kedua memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan yg datang dari pihak mana pun . Memakmurkan Bumi Terkait dgn tugas ini ada kewajiban kolektif yg dibebankan Allah SWT kepada manusia yakni mereka harus mengekplorasi kekayaan bumi bagi kemanfaatan seluas-luasnya umat manusia. Maka sepatutnyalah hasil eksplorasi itu dapatdini’mati secara adil dan merata dgn tetap memelihara kekayaan agar tidak punah. Sehingga generasi selanjutnya dapat melanjutkan eksplorasi itu. Dengan begitu ada beberapa hal yg harus diperhatikan manusia dalam menggali kekayaan bumi. Pertama menggunakan friendly technology . Apa pun usaha pemanfataan kekayan alam entah pertambangan pertanian usaha kehutanan industri dan lain-lain haruslah dgn memberi satu garansi bahwa ekosistem alam tidak menjadi rusak tidak membuat hewan tumbuh-tumbuhan tanah air dan udara menjadi punah dan tercemar racun-racun yg membahayakan kehidupan. Kedua adanya konsep corporate social responsibility . Perusahaan atau korporasi yg bertanggung jawab tak selayaknya mendirikan bangunan-bangunan industrinya dgn megah namun tak memberi pemberdayaan baik secara material akal maupun spiritual bagi warga setempat. Logikanya masyarakat sekitar lokasi industri yg tercukupi secara materi dan tercerahkan akal spiritualnya akan ikut bertanggung jawab memelihara ekosistem alam. Ketiga menjalankan usaha dgn cara-cara bersaing yg sehat. Dengan demikian sebuah usaha yg baik tidak akan dijalankan dgn cara monopoli tanpa memberi orang lain kesempatan utk berusaha dalam bidang yg sama. Memelihara Bumi Memelihara bumi dalam arti luas termasuk juga memelihara akidah dan akhlak para SDM sebuah perusahaan serta lingkungannya dari kebiasaan-kebiasaan jahiliyah. Karena SDM yg rusak akan sangat potensial merusak alam. Dengan demikian premis ini menuntut bahwa tiap jenis usaha apa pun harus memperhatikan hal-hal berikut Pertama tidak membiarkan SDM perusahaan melakukan kebiasaan-kebiasaan merusak .Kedua tidak mengizinkan lingkungan sekitar berdiri sarana-sarana kemaksiatan.Ketiga tidak membiarkan berkembangnya sarana-saran yg memungkinkan tumbuhnya tradisi syirik dan kekerasan.Keempa menjatuhkan saksi yg berat bagi para perusak akidah dan akhlak.Kelima menumbuhsuburkan kegiatan-kegiatan keagamaan secara kontinyu dan baik. Adalah wajar bila Islam berkepentingan agar manusia secara kolektif berjuang keras agar syariat-Nya tegak di atas muka bumi. Karena hanya Islam yg paling lengkap daan concern aturannya dalam menjaga kelangsungan hidup dan dalam memelihara ekosistem alam. “Oleh krn itu kami tetapkan bagi bani Israil bahwa barangsiapa yg membunuh seorang manusia bukan karenorang itu orang lain atau bukan krn dia membuat kerusakan di muka bumi maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yg memelihara kehidupan seorang manusia maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan manusia seluruhnya.” . Dalam ayat lain Allah menyuruh manusia agar giat menggali karunia-Nya utk investasi di akhirat. Ini berarti konsep pembangunan negara dan bangsa haruslah berwawasan ketuhanan . Allah SWT melarang manusia

Berbuat kerusakan di muka bumi krn Dia tidak menyukai kamu perusak . Dengan spirit inilah generasi awal Islam membangun dan berperang dgn rambu-rambu yg telah ditentukan oleh Allah SWT. Oleh krn itu Islam datang tidak membawa bencana tetapi bahkan sebaliknya ia membawa rahmat. “Dan carilah pada apa yg telah dianugrahkan Allah kepadamu negeri akhirat. Dan janganlan kamu melupakan bagianmu dari dunia. Dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Jangan berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yg berbuat kerusakan.” . Kalau kita mau merenung sejenak memikirkan tentang bencana demi bencana yg tak putus menimpa bangsa Indonesia seharusnya kita mengintrospeksi tindakan kita dan kebijakkan-kebijakkan pembangunan negara selama ini. Jikalau turunnya hujan yg semestinya membawa rahmat tetapi malah berubah menjadi bencana sekali lagi hal itu patut patut kita renungkan. Jangan-jangan banyak sekali kelalaian-kelalaian baik disengaja maupun tidak yg kita lakukan sehingga kita tidak amanah di dalam mengelola kehidupan. Alam kita biarkan dirusak oleh orang-orang yg tidak bertanggung jawab. Bahkan boleh jadi kita termasuk yg langsung atau tidak langsung melakukan proses perusakan itu. Banjir telah menggenangkan berbagai wilayah di tanah air. Di wilayah ibu kota DKI Jakarta Bekasi Tangerang dan beberapa kota di pulau Jawa titik-titik daerah banjir kian meluas. Volume banjir kali ini memang terbesar dalam lima tahun terakhir. Alangkah bijaknya bila bencana hujan kali ini yg menimpa berbagai wilayah di Indonesia kita jadikan bahan instrospeksi. Yang penulis maksud dgn “kita” adl pemerintah dan rakyat. Agar kedua komponen bangsa itu membangun kesadaran secara bersama utk kembali kepada jalan Allah. Kembali memperhatikan peraturan-peraturan-Nya tentang pemeliharaan kehidupan agar kita menjadi orang-orang yg amanah sekaligus menjadi bangsa yg pandai mensyukuri ni’mat-ni’mat-Nya. Maka tidak ada salahnya jika musibah banjir kali ini kita jadikan momentum pertaubatan nasional. Wallahu a’lam.

Senin, 27 Februari 2012

Assalamu’alaikum wr.wb


“Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya.” [21] hadist

Ya Allah, perbaikilah keadaan umat Islam saat ini. Perbaikilah keadaan saudara-saudara kami yang jauh dari aqidah Islam. Berilah petunjuk pada mereka agar mengenal agama Islam ini dengan benar.

“Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.” (Qs. Hud: 88)

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihat. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Assalamu’alaikum wr.wb

Alhamdulillahilladzi an’ama ‘alaina bi ni’matil iman, wal islam. Asyahadualla ilaha illaloh,wasyhadu anna Muhammadarrosullulah. Allohuma sholi ‘ala Muhammad wa’ala ali syaidina Muhammad amma ba’du

Hadirin Ikhwatul iman rohimakumuloh
Seiring berjalannya waktu,hari berganti minggu,bulan berganti tahun. Perkembangan manusia pun banyak mengalami perubahan yang didukung dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat mutakhir. Manusia dengan mudah dapat memenuhi kebutuhan dan mewujudkan impiannya dengan memanfaatkan kemajun ilmu pengetahuan. Dulu untuk mengirim dan menyampaikan berita membutuhkan waktu yang cukup lama, tetapi sekarang hanya dengan beberapa detik saja kita dapat memberi dan menerima kabar dengan cepat dan mudah, meskipun dari jarak yang jauh. Itu semua berkat kemajuan ilmu.
Hadirin yang dirahmati alloh.

Dalam islam sebagaimana kita tahu,bahwa ilmu sangat berguna dan menentukan,seperi dalam Al-Qur’an Al-Mujadalah ayat 11:
“Bismillahirrahmanir rahiim. Yarfa’illaahul ladziina aamanuu mingkum walladziina uutul ‘ilma darojaat. Wallohu bimaa ta’maluuna khobiir”

“Alloh akan mengangkat orang-orang yang beriman dari kalian dan orang yang diberi ilmu beberapa derajat. dan alloh Maha Waspada dengan apa-apa yang kamu kerjakan”.
Maksudnya : Alloh kan mengangkat derajat orang yang berilmu yang disertai dengan keimanan kepada Alloh.

Oleh karena itu Alloh mewajibkan untuk mencari ilmu kapanpun dan dimanapun, sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan oleh ibnu majah :
“Tholabul ‘ilmi fariidotun ‘alaa kulli muslimin”
“Mencari Ilmu itu wajib bagi tiap-tiap muslim”

Nah,yang merasa orang islam wajib hukumnya untuk mencari ilmu dimanapun dan kapanpun. Mengapa wajib?
“Walaa taqfu maa laisa laka bihi ilmu”
“Dan janganlah kamu mengerjakan Apa-apa yang tidak tahu ilmunya “.

Bisa dibayangkan oleh teman-teman, misalkan kita tidak tahu ilmu elektronika terus kita membongkar computer. Maksud hati untuk memperbaiki tapi apa yang terjadi? Malah ancur.
Hadirin dan teman-teman, Para pencari ilmu!

Apapun cita–cita atau keinginan kita, Insya Alloh dapat kita capai dengan memiliki ilmunya. Sebagaimana Rasul bersabda “man aroda dunya fa’alaiha bil ilmi,waman arodal akhiro fa’alaiha bil ilmi,waman aroda huma fa’alaihim bil ilmi “Siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka dapat di capai dengan ilmu, Siapa menghendaki kehidupan akhirat juga dicapai dengan ilmu, dan siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan akhirat keduanya dapat di capai dengan ilmu. jadi apapun cita-cita dan keinginan kita dapat kita raih bila kita memiliki ilmunya tentunya disertai dengan kerja keras dalam proses pembelajara tersebut.khusus untuk teman-teman sebaya, mumpung kita masih kecil masih imut-imut belum amit-amit mari kita mencari ilmu dengan belajar dan belajar agar besar nanti menjadi orang yang berguna bagi bangsa, agama dan orang tua.
Dan di usia kita banyak sekali keuntungannya, sebagaimana dalam syair lagu yang tentunya teman-teman juga hafal

“Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu belajar sesudah dewasa (te ro re ro ret ) bagaikan mengukir di atas air. Kalau main gitar pakai akar kedongdong Kalau mau pintar belajar dulu dong. Aqulu Qouli hada, Assalamu’alaikum Wr Wb.

SAATNYA MEMAHAMI ISLAM DENGAN BENAR
Penyusun:Ummu‘Abdirrahman
Muroja’ah: Ust. Subhan Khadafi, Lc.

Saudariku, ketahuilah sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala telah memilihkan Islam sebagai agamamu.
“Sesungguhnya agama (yang haq) di sisi Allah adalah Islam.” (QS. Ali Imron 19)
Dan Allah meridhoi Islam, menyempurnakan, dan melengkapinya untukmu agar engkau dapat meraih tujuan hidupmu yang utama yaitu beribadah kepada Allah.

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu dan telah kuridhoi Islam itu sebagai agamamu.” (QS. Al Maidah 3)

Ibnu Katsir berkata, “Ini adalah nikmat terbesar dari berbagai nikmat yang Allah berikan kepada umat ini. Yaitu Allah telah menyempurnakan untuk mereka agama mereka, sehingga mereka tidak membutuhkan agama yang lain dan juga tidak membutuhkan nabi selain nabi mereka, Nabi Muhammad sholallohu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itulah, Allah menjadikan beliau sebagai penutup para nabi dan menjadikannya pula sebagai nabi yang diutus kepada seluruh manusia dan jin. Maka tidak ada yang halal melainkan apa yang dihalalkannya dan tidak ada yang haram selain apa yang diharamkannya serta tidak ada agama yang benar kecuali agama yang disyari’atkannya.”

Engkau Bisa Meraih Nikmat Islam

Dan saudariku, ketahuilah… engkau belum bisa mendapatkan nikmat Islam dalam hatimu sampai engkau memahaminya dengan benar. Pegangan utama seorang muslimah dalam memahami Islam adalah mengikuti Al Quran dan hadits. Allah telah menjamin akan menganugerahkan keistiqomahan kepada orang-orang yang mengikuti Al Quran, sebagaimana disebutkan tentang perkataan jin dalam Al Quran.

Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al Quran) yang telah diturunkan setelah Musa yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya lagi memimpin kepada jalan kebenaran dan kepada jalan yang lurus.” (QS. Ahqoof: 30)

Allah juga menjamin akan memberikan keistiqomahan kepada para pengikut rasul sholallahu ‘alaihi wassalam yang disebutkan dalam firmanNya,

“Sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Asy Syu’ara: 52)

Realita yang Engkau Hadapi

Pada realitanya, banyak sekali orang yang mengaku ber-ittiba’ (mengikuti) dan memahami Al Quran dan hadits. Sebagaimana para filosof dan orang-orang sufi mengatakan, “Kami adalah orang yang ber-ittiba’ terhadap Al Quran dan hadits dan memahaminya.” Para pengikut filsafat memang mengikuti Al Quran dan hadits, akan tetapi mereka menjadikan nash-nash Al-Qur’an dan hadits tunduk pada tuntutan akal mereka. Dengan demikian mereka sebenarnya telah meninggalkan Al Quran dan hadits dan menjadikan akal mereka sebagai Tuhan. Para pengikut sufi juga mengambil Al Quran dan hadits, namun mereka menjadikan nash-nash keduanya tunduk kepada perasaan mereka. Dengan demikian mereka pun meninggalkan Al Quran dan hadits dan menjadikan perasaan mereka sebagai Tuhan.

Kedua pemahaman tersebut merupakan contoh bahwa perpecahan telah terjadi pada umat Islam menjadi bergolong-golong. Mengapa umat Islam bisa berpecah belah? Tidak lain hal ini disebabkan manusia bersandar pada dirinya dalam memahami Al Quran dan hadits. Namun mereka tidak menyadari pemikiran manusia berbeda-beda dan tidak seragam. Di samping itu, kemampuan manusia dalam memahami Al Quran dan hadits sangat terbatas. Tidak ada satu akal pun yang sempurna, demikian juga tidak ada seorang pun yang terlepas dari kesalahan. Sehingga jadilah manusia berpecah-belah sesuai dengan pemikiran mereka masing-masing.

Semua pemahaman dari golongan-golongan tersebut salah adanya selama meraka masih berpegang pada hawa nafsu yang buruk dalam memahami Al Quran dan hadits, kecuali orang-orang yang Allah berikan petunjuk. Allah mengancam penyelewengan mereka terhadap Al Quran dan hadits dengan neraka.

“Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kalian dari kalangan ahlul kitab terpecah menjadi 72 golongan dan umat ini akan terpecah menjadi 73 golongan. 72 golongan di dalam neraka dan 1 golongan berada di surga.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ad Darimi, Ath Thabroni, dll.)

Ash Shan’ani rahimahullah berkata, “Penyebutan bilangan dalam hadits itu bukan untuk menjelaskan banyaknya orang yang celaka dan merugi, akan tetapi untuk menjelaskan

betapa luas jalan-jalan menuju kesesatan serta betapa banyak cabang-cabangnya, sedangakan jalan menuju kebenaran hanya satu.”

Dan orang-orang yang berpecah-belah karena memahami Al Quran dan hadits dengan hawa nafsu mereka yang menyimpang adalah teman-teman setan yang mengikuti jalan kesesatan.

Dari Ibnu Mas’ud berkata, “Pada suatu hari Rasulullah sholallohu ‘alaihi wassalam membuat sebuah garis lurus dan bersabda: ‘Ini adalah jalan Allah.’ Kemudian beliau membuat garis-garis lain di kanan kirinya, dan bersabda: ‘Ini jalan-jalan lain dan pada setiap jalan ini terdapat setan yang menyeru ke jalan-jalan tersebut.’ Beliau lalu membaca (firman Allah ta’ala): ‘Dan sesungguhnya inilah jalanKu yang lurus. Oleh karena itu, ikutilah. Janganlah kamu mengikuti jalan-jalan lain yang akan memecah belah kamu dari jalanNya.’” (QS. Al An’am 153)

Lalu, Bagaimana Memahami Islam yang Benar ?

Setelah menilik realita yang ada, kita dapat mengetahui bahwa tidak semua orang yang belajar Al Quran dan hadits mendapatkan nikmat Islam dalam hatinya. Hal ini memang merupakan hal yang sangat disayangkan. Semua golongan-golongan dalam Islam tidak akan pernah mendapat nikmat Islam karena tidak memahami Al Quran dan hadits dengan benar. Lalu, bagaimana memahami Islam yang benar?

Wahai saudariku, renungkanlah apa yang engkau baca dengan lisanmu setiap engkau sholat maka engkau akan mendapatan jawabannya. Sesungguhnya Allah berfirman,“Tunjukilah kami jalan yang lurus. (Yaitu) jalan orang-orang yang telah engkau beri nikmat atas mereka.” (Qs. Al Fatihah: 6-7)

Dari sini, engkau mendapatkan jawabannya, saudariku! Bahwa untuk mendapatkan nikmat Islam adalah memahami Al Quran dan hadits dengan mengikuti orang-orang yang telah terlebih dahulu mendapatkan nikmat Islam. Siapakah mereka?

Ibnul Qoyyyim berkata, “Siapa saja yang lebih mengetahui kebenaran serta istiqomah mengikutinya maka ia lebih pantas untuk mendapatkan ash shiraathal mustaqiim (jalan yang lurus).”

Syaikh Abdul Malik Ramadhani menjelaskan bahwa manusia yang paling utama yang telah Allah beri nikmat ilmu dan amal adalah para shahabat Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam, karena mereka mendapatkan petunjuk langsung dari Rasul shollallahu ‘alaihi wasallam yang mulia. Dengan demikian penafsiran dan pemahaman merekalah yang paling selamat. Selain itu, mereka adalah generasi terbaik dari umat ini dalam memahami Al Quran dan hadits serta mengamalkannya.

“Sebaik-baik umat ini adalah generasiku, kemudian orang-orang yang mengikuti mereka, kemudian orang yang mengikuti mereka.” (Muttafaqun ‘alaihi/ HR. Bukhori Muslim)

Yang dimaksud dengan generasiku adalah para shahabat beliau. Generasi orang yang mengikuti para shahabat dalam memahami Al Quran dan hadits adalah tabi’in dan yang mengikuti tabi’in adalah tabi’ut tabi’in.

Para shahabat merupakan kaum yang dipilihkan oleh Allah untuk menemani nabiNya, dan menegakkan agamaNya.

Ibnu Mas’ud berkata, “Sesungguhnya Allah memandang kepada hati para hambaNya. Dia mendapati Muhammad adalah yang paling baik hatinya. Lalu Allah memilihnya untuk diriNya dan mengutusnya dengan risalahNya. Kemudian Allah kembali memandang hati hamba-hambaNya yang lain. Dia mendapati para shahabat adalah orang-orang yang paling baik hatinya setelah beliau shollallahu ‘alaihi wasallam. Allah lalu jadikan mereka sebagai pembantu NabiNya dan mereka berperang membela agamaNya.” (Diriwayatkan oleh Ahmad)

Dan pemahaman para shahabat sering juga disebut manhaj salafus sholih (pemahaman pendahulu yang sholih).

Wajibnya Berpegang Teguh pada Manhaj Salafus Sholih

Ketahuilah saudariku bahwa perpecahan umat menjadi bergolong-golong adalah tercela dan dibenci. Allah ta’ala berfirman:

“Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, (yaitu) orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Masing-masing golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (QS. Ar Ruum: 31-32)

Dan meskipun perpecahan tidak diridhoi oleh Allah, namun hanya sedikit orang yang bisa selamat darinya. Dan tidaklah seseorang selamat dari bencana ini kecuali orang-orang yang mengikuti jalan Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam.

Rasulullah bersabda yang artinya: “Orang-orang Yahudi terpecah menjadi 71 atau 72 golongan dan orang-orang Nashrani seperti itu juga. Adapun umat ini terpecah menjadi 73 golongan.” didalam riwayat lain disebutkan: “Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 72 golongan dan umatku terpecah menjadi 73 golongan semuanya di neraka kecuali satu.” Para sahabat bertanya: “Siapa yang (selamat) itu wahai Rasulullah?” beliau menjawab: “(Yang mengikuti aku dan para sahabatku).” (HR.Tirmidzi dengan sanad yang hasan)

Allah hanya menginginkan kebaikan dari para hambaNya agar hambaNya kembali kepada kampung halamannya, yaitu surga. Oleh karena itu, diwajibkan atas seorang hamba untuk menyelamatkan diri dari perpecahan dan berpegang teguh pada jalan Rasulullah dan para sahabatnya.

Rasulullah saw bersabda dalam hadits Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu yang artinya,“Berpegang teguhlah dengan sunnahku dan sunnah para khulafaur rosyidin, pegang eratlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan lain-lain)

Allah memuji orang-orang yang mengikuti jejak salaf dari kalangan Muhajirin dan Anshor dan di dalamnya terdapat perintah akan wajibnya mengikuti mereka, karena keridhoan Allah tidak mungkin bisa diraih melainkan hanya dengan mengikuti mereka.

Allah ta’ala berfirman yang artinya: “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.”(QS. At-Taubah: 100)

Hidayah untuk kembali kepada Allah dan meraih surga hanya bisa diperoleh lewat jalannya para sahabat radhiyallahu ‘anhum.

Allah ta’ala berfirman yang artinya: “Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqoroh: 137)

Allah mengancam orang yang durhaka kepada Rasulullah dan menyelisihi kaum mukmin pada zamannya (yaitu shohabat) dengan neraka jahannam.

“Barangsiapa yang mendurhakai Rasul setelah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan kaum mukmin, Kami biarakan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya dan Kami masukkan ia ke dalam jahannam, jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An-Nisa: 115)

Ya Allah… mudahkanlah kami menempuh jalan orang-orang yang telah engkau beri nikmat atas mereka, yaitu orang-orang yang memeperoleh hidayah dan istiqomah. Bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai, yang hati mereka telah rusak sehingga mereka menyimpang dari kebenaran meskipun telah mengetahuinya. Bukan pula jalan orang-orang yang sesat yang tidak memiliki dan tidak mau belajar ilmu agama, sehingga mereka terus-menerus dalam kesesatan dan tidak mendapatkan petunjuk kepada kebenaran. Amiin…

Washollallahu ‘ala Nabiyyi Muhammad wa ‘ala alihi wa Shahbihi wa sallam

Rujukan:

  1. Sittu Duror Landasan Membangun Jalan Selamat karya Syaikh Abdul Malik Ramadhani
  2. Membedah Akar Bid’ah karya Ali Hasan Al Halabi Al Atsari
  3. Artikel ‘Sudah Saatnya Meniti Manhaj Salaf’ yang merupakan penjelasan Syaikh Salim bin ‘Id Al Hilali dalam ceramah beliau dalam Majalah As Sunnah edisi 01/Tahun XI/ 1428H/2007M 
  4. Artikel ‘Mengapa Harus Salafi?’ karya Abu ‘Abdirrahman bin Toyyib As Salafi dari situs salafindo.com