HAKIKAT


Hakikat Islam baru dapat merasuk ke dalam diri sesoarang apabila wajudnya diwakafkan untuk Allah ta’ala dan untuk jalan-Nya. Dan amanat-amanat yang dia terima dari Allah ta’ala, dia serahkan kembali kepada Sang Penganugerah Sejati itu. Dan tidak hanya secara aqidah saja , melainkan secara amalanpun dia memperlihatkan seluruh bentuk Islamnya serta hakikat sempurna Islam tersebut. 

Secara istilah arti Islam adalah apa yang disyaratkan oleh ayat suci ini, yakni: 
"Bala man aslama wajhahu lillahi wa hua muhsinun, falahu ajruhu 'inda robbihi wala khoufun 'alihim wala hum yahzanuun" 
yakni, muslim adalah dia yang menyerahkan segenap wujudnya di jalan Allah ta’ala. Yakni mewakafkan wujudnya untuk Allah ta’ala. dan untuk mengikuti kehendak-kehendakNya, serta untuk meraih keridhaan-Nya. Kemudian dia berdiri teguh diatas perbuatan-perbuatan baik demi Allah ta’ala. Dan dia menyerahkan segenap kekuatan amaliah wujudnya di jalan Allah. Artinya, secara aqidah dan secara amalan, dia telah menjadi milik Allah taala semata. 

Secara akidah adalah demikian, yakni dia memahami segenap wujudnya secara hakikat sebagai sesuatu yang telah diciptakan untuk mengenali Allah ta’ala, untuk mentaati-Nya, dan untuk meraih kecintaaan serta keridhaan-Nya. Sedangkan secara amalan adalah demikian, yakni murni demi Allah dia melakukan kebaikan-kebaikan hakiki yang berkaitan dengan segenap kemampuannya dan yang berhubungan dengan segenap karunia anugerah Allah. Namun dengan penghayatan dan pendalaman sedemikian rupa seolah-olah pada pandangan keitaaannya dia sedang menyaksikan wajah Sang Ma'bud haqiqi itu. 

Sekarang dengan menelaah ayat-ayat tersebut diatas, setiap orang berakal dapat memahami bahwa hakikat Islam baru dapat merasuk ke dalam diri sesoarang apabila wajudnya diwakafkan untuk Allah ta’ala dan untuk jalan-Nya. Dan amanat-amanat yang dia terima dari Allah taala, dia serahkan kembali kepada Sang Penganugerah Sejati itu. Dan tidak hanya secara akidah saja, melainkan secara amalanpun dia memperlihatkan seluruh bentuk Islamnya serta hakikat sempurna Islam tersebut. Yakni seorang yang mengaku Islam membuktikan bahwa tanganya, kaki, kalbu, otak, akalnya, pemahamannya, kemarahannya, rasa kasihnya, kelembutan hatinya, ilmunya, segenap kekuatan rohani dan jasmani yang ia miliki, kehormatannya, hartanya, ketentraman dan kebahagiaanya dan apa saja yang ada secara zahir maupun batin mulai dari rambut-rambut di kepalanya hingga ke kuku-kuku kakinya , bahkan sampai niat-niatnya, partikel partikel kalbunya, dorongan nafsunya, kesemuanya itu telah mengikuti Allah ta’ala sedemikian rupa sebagaimana anggota anggota tubuh yang dimiliki seseorang taat mengikuti orang itu. Ringkasnya hal itu harus terbukti bahwa langkah kebenaran itu telah mencapai suatu derajat dimana saja yang dia punyai 

sudah tidak lagi menjadi miliknya, melainkan telah menjadi milik Allah ta’ala. Dan segenap bagan tubuh serta kemampuan, telah dikerahkakn untuk mengkhidmati ilahi, sekan-akan semua itu menjadi bagian tubuh Al haq. 

Dan dengan menelaah ayat-ayat itu, hal inipun tampil dengan jelas dan nyata bahwa mewakafkan hidup di jalan Allah ta’ala yang merupakan hakikat Islam ada dua macam,. 
Pertama, menyatakan hanya Allah ta’ala itulah zat yang disembah, dituju dan dicinta serta tidak menyekutukan apapun dalam penyembahan, kecintaaan, takut dan harapan terhadap-Nya. Dan hal-hal dan berkaitan dengan pengkudusan-Nya, pemujian terhdap-Nya, penyembahan-Nya dan segenap tata krama penyembahan-Nya, hukum-hukum-Nya, perintah-perintah dan larangan-larangan-Nya serta hal-hal yang berkaitan dengan keputusan dan takdir samawi , kesemuanya itu diterima dengan sepenuh hati. Kemudian sepenuhnya menggali segenap kebenaran suci dan makrifat-makrfiat suci yang merupakan sarana untuk mengetahui qudrat-qudrat-Nya Yang Maha Luas, dan yang merupakan perantara untuk mengetahui derajat tinggi permerintah dan kerajaan-Nya, serta yang merupakan suatu penuntun kokoh untuk mengenali kemurkaan-kemurkaan dan anugerah-anugerah-Nya. 

Jenis kedua, mewakafkan hidup di jalan Allah ta’ala adalah mewakafkan hidup dalam mengkhidmati, bersikap solider sependeritaan membantu mencarikan jalan, membantu memikul beban dan benar-benar merasakan kepedihan hamba-hamba-Nya. Menanggung penderitaan untuk memberikan ketentraman pada orang-orang lain, dan rela merasakan kepedihan atas diri sendiri demi kesejahteraan orang lain. 

Dari pernyataaan ini diketahui bahwa hakikat Islam sangat mulia. Dan seorang manusia tidak pernah dapat secara hakiki menyandang sebutan mulia sebagai warga Islam selama dia belum menyerahkan kepada Allah seluruh wujudnya bersama segenap kemampuan, keinginan dan kehendaknya. Dan mencabut diri dari keakuannya (egosime) serta dari segenap hal yang berkaitan dengn itu, dan menjauhi jalan keakuan tersebut. 

Waallahu’alam….